Sabtu, 14 Maret 2015

pupus di ujung gelap

andai tak lagi ada kata 'tuk ku bicara
aku masih tetap mendengarmu 

andai tak lagi ada air mata 
'tuk hati merasa
aku masih merasakannya untukmu
semoga
kau masih tetap memiliki hatiku
saat mata 

tak lagi bisa memandangmu

kutawan rejam
pada raga yang diam
pada angan yang mampu kukunjungi
berpadu rasa tak mungkin menjelma lagi

gelap ingatanku di terang khabarku
tak perlu kau resah
jika rembulan temaram tak menghampirimu
sebab aksara 'tlah ku belah
pada malam yang tak kunjung ku tuju

siang tadi kau berbisik mesra
senjapun kau alunkan nada
namun kau terlanjur jera
kau sengaja gantungkan hikayat lama
sebab katamu luka masih kau rasa
lalu kau titipkan aku pada angkasa

ku terpaku pula mengadu
pada alam ku buru
gulana kuresapi
meradang di dini hari

pupus genang acap kali berlinang
menepi di bahu saat ku ungkap
menepis penantian panjang
berhenti di penghujung gelap

Minggu, 22 Februari 2015

berhenti berharap ?

indah pagi datang perlahan ..
sangat pelan
ku kepak sayap tak lengkap
luka perih terkoyak berbalut harap
agar tak terhempas lagi
agar tak jatuh ke bumi
sunyi sepi tak seberani nyali

mentari menyelimuti raga membauri jiwa
menggeleparkan ketakutan rasa
di luas cakrawala yang tak berasa
mengemas cemas
di pelangi yang pias
menahan ragu
di sekerumunan awan biru

andaipun tak jua bisa
kan kusemayamkan duka
di lekuk pelangi yang tak tau kapan menghampiri
kan ku abaikan asa
di hempasan lembayung senja yang tak tau kapan lagi ada

wahai sang merpati
ajarkan aku bahagia
sepertimu senantiasa bersama
duhai embun pagi
ajarkan aku menghilangkan tetesan dahaga
sepertimu senantiasa mengumpulkannya sebelum lalu meneteskannya

aah ..
tak tau lagi harus bagaimana
atau kulupakan saja
kalau tak lagi mampu juga
walau 'tlah ku coba merayapinya ..

hai ..
engkau putih awan
tak seputihmu kah inginku
tak selembutmu kah hasratku
hingga tak lagi ku dapati
hembus sejuk anginmu

tak tahukah kau ku sudah memadu
pinta dan doa
berbait baris mengiris langit 
berjejer jejal menggeser bintang berkerlip

andai seijabah Nuh dan Musa
aku menginginkannya ..
andai selaksa pendosa
aku kan melakukannya ..

ya ..
ditelan dan lalu tenggelam
di pendam dan lalu di rajam.

Sabtu, 11 Oktober 2014

bilur hati



malam  menggulirkan kematian
kau dan aku tak lagi mewujudkan kehidupan
lengang yang panjang membinasakan
menyambang bayang di keheningan

bintang .. 
janganlah engkaupun pergi menghilang 
temaniku memungut pedih berserakan
lalu lembutkanlah hatiku dalam dekapan

bulan .. 
padaku janganlah hanya memandang 
katakan sesuatu tentang keajaiban
ku sangat ingin menerjang gelombang

duhai cintaku ..
terima kasih telah kau sentuh hatiku
detak waktu tak mampu memacu rindu, musnahkan asa masa lalu
tinggalkan aroma tubuh dan desah nafasmu

kini ..
kembali kunikmati sepi
sendiri ..
merajut bilur hati dan menahan air mata ini

menantimu


hamparan malam sunyi melaruti alam
berteman satu bintang yang tak mau menuang terang
mengharap hadirmu di lekuk awan
datang mencabik kerinduan menghantar kenangan

dalam hening bergulir butiran bening
sungguh kutangisi jauhmu yang tersekat dinding
gundah menyinggah wajah memadu hati resah
terdiam senyap tiada mengarah

berjuta misteri warnai sendu berkecamuk dalam bisu
merajut bayangmu sampai pada batas semu
menjaring ada dan tiada dalam gelora tak berdaya
menantimu .. karna ku takut kehilangan dirimu

Selasa, 07 Oktober 2014

t'lah pergi


saat sepi datang ingin ku hempaskan rindu yang musnah
tapi mengapa sang dunia terasa dingin menyapa
angin malam lirih berhembus kala coba rasakan semilir kehadirannya
aku memanggilmu hingga jauh bagai langit runtuh
tuk bebaskan aku dari siksa batin yang mencintamu

kaki tiada berpijak lagi di bumi 
lumpuh raga ini jiwakupun tlah pergi
kegelisahan yang ada hancurkan semua asa 
saat-saat terindah kurasakan tak kan pernah ada lagi
kau sudahi dan tak kembali 

dalam genggaman tanganmu dalam dekapan tubuhmu
merangkul kalbu membelenggu lalu tinggalkanku
kini hanya kesedihan yang tak sanggup kuisyaratkan
mengurai rasa yang masih mendalam
akhir desah nafasku nikmati pedihnya luka tanpamu dipelukku

Minggu, 05 Oktober 2014

di sisa senja



wahai jemari, berhentilah menari
aku tlah lelah dan ingin segera akhiri episode ini
duhai kata, janganlah menambah duka
perihnya tak terkira menggoresi luka jiwaku yang sudah hampa

senja, sejenak janganlah berubah
ku masih ingin melihat rona jinggamu
sebentar saja sekedar melepaskan resah dan gundah
lalu setelah itu pergilah meluruhkan warna warni indahmu

bergeserlah engkau dedaunan
bergoyanglah engkau dahan 
beri aku sedikit celah 
agar dapat ku pandangi sisa bias cerah

Senin, 04 Agustus 2014

ketika datang malamku





sepi yang diam

tengadah
terbata meredam duka

wahai langit..
pasangkan hiasan di angkasamu yang terindah
bintang ..
lukiskan sinarmu dan dekaplah erat kala dingin membelenggu

tahukah engkau malam ?
ku ingin kesana
sebelum embun melepas tetesannya
sebelum mentari menghantar sinarnya
sebelum kuncup mengembangkan mekarnya
sebelum burung mengepakkan sayapnya
sebelum nafas menyesakkan dada ..

senandungkan satu nada saja untukku
terbangkan jiwaku
lepaskan anganku
bawalah aku bersamamu
ajak aku menembus gelapmu
agar serpihan pilu tak menusuk nadiku
supaya tebaran perih tak menghujam jantungku ..